Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Sebuah Pertanyaan

Malam ini kuberanikan lagi untuk bertanya.. Tentang kamu, tentang rasa yang masih tertinggal atau sudah menjadi abu yang tadinya kau bakar dengan ego tinggimu. Apakah kau masih menginginkanku untuk mengisi ruang yang kala nya usang?  Apakah aku masih diperbolehkan untuk meminjam ragamu untuk mengisi imaji yang ada didalam otakku? Apakah masih ada rasa yang aku mau? Apakah kau masih menyayangiku? Dengan mudahnya dan dengan singkatnya kau balas dengan balasan : Ya. Mungkin itu yang kutunggu sejak kau mengatakan bahwa aku tak boleh lagi melibatkanmu dalam imaji indah di otakku. Saat itu jiwaku merasa tersungkur. Seakan jantung berhenti berdetak. Dingin. Seolah darah seketika berhenti berdesir dan seketika membeku. Lalu aku mematung. Tak percaya dengan apa yang ku lihat. “Sudah cukup ku memandangmu”. Apakah kau tahu? Sembilan suku kata, 4 kata dalam satu kalimat itu menusuk jantungku. Apa ini benar dirimu? Dirimu yang dulu sudah tak kutemukan lagi. Kau sudah berbeda. Entah kau

Percepatlah Langkah Kakimu..

Percepatlah Langkah Kakimu.. Langkahkanlah kakimu dengan kecepatan tinggi... Aku akan melambatkan gerak langkahku... Kau asik sendiri, Sedangkan aku lelah dan mati berdiri...

Aku Hanyalah Kertas Usang

                Kau indah, kau pewarna. Aku hanyalah kertas using yang berharap akan kau beri warna di setiap atas garisnya. Dia, dia adalah kertas baru yang akan lebih terlihat indah jika kau warnai. Mungkin melihat kertas yang using pun kau enggan untuk menyentuh, apalagi mewarnai. Pasti, kau memilih kertas yang lebih baru agar warna-warna yang kau tuangkan ke dalam kertas tersebut lebih terlihat. Ya, aku bukan siapa-siapa, dan tak bias dapat apa-apa.. . . . . . -Cyndi Natalia Claresta

Kata Tak Berarti

Mungkin aku harus berhenti sekarang. Berhenti mengharapkanmu yang belum tentu pasti untuk ku miliki. Kata demi kata, kalimat demi kalimat manis yang telah kau ucapkan kini tak ada artinya, hanya luka yang bicara ketika keadaan yang sebenarnya memaksaku  untuk pergi darimu. Kenyataan bahwa kamu adalah sosok orang yang kurang baik di mata sahabatku, bahkan bukan hanya dia yang berbicara. Aku menyayangimu, tetapi betapa bodohnya aku jika hanya rasa sayang saja yang melihat tanpa memperdulikan kenyataan. Aku harus bagaimana sekarang? Kau adalah orang yang pernah aku sayangi dimasa lalu. Sekarang kau kembali lagi.. Untuk apa jika tujuanmu hanya untuk menyakiti?